√ Inilah Kesalahpahaman Wacana Drone Militer

- Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun-tahun semenjak pemboman 9/11, tapi mereka sangat disalahpahami. Sementara beberapa laporan secara akurat menggambarkan bagaimana mereka dipakai dalam pertempuran, banyak dongeng menggambarkan kesalahpahaman yang asing dan tidak didukung oleh fakta. Berikut ini sepuluh dari kesalahpahaman yang paling umum wacana drone militer.

Mereka Disebut 'Drone'
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: Lt. Col. Leslie Pratt, US Air Force
Hampir semua orang mengacu pada Unmanned Aerial Vehicle / Sistem militer (UAV / S) sebagai drone, tetapi itu ialah keliru yang menghina pilot mereka. (Ya, mereka mempunyai pilot.) Kata "drone" yang paling sering dikaitkan dengan bunyi dengungan rendah, yang merupakan salah satu alasan bahwa lebah jantan disebut drones. Menggunakan kata "drone" untuk menggambarkan sistem yang kompleks menempatkan di medan perang yang ketika ini bisa ganjil dengan jargon militer dan menghina operator.

"Drone" menyiratkan kurangnya keterlibatan operator ahli, sehingga istilah ini tidak banyak dipakai dalam militer. Di luar militer, kata "drone" yang paling sering dikaitkan dengan quadcopters, pesawat kecil dikendalikan dengan remote control yang dipakai oleh penggemar untuk aneka macam kegiatan, termasuk balap, foto udara, dan hal umum menyenangkan lainnya.

Mereka Baru ke Perang
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: Prof. Jurij Drushnin via Monash University
UAV tidak gres untuk perang, tapi mungkin mengejutkan Anda untuk berguru bahwa mereka pertama kali dipakai pada masa ke-19! Pasukan Austria menyerang Italia pada tahun 1849 mendekati kota Venice dipersenjatai dengan 200 balon. balon ini dipersenjatai dengan bom yang dikendalikan oleh sekering waktu. Mereka tidak sepenuhnya berhasil, lantaran banyak dari mereka tertiup oleh angin kembali di atas garis Austria sebelum mereka meledak, tapi beberapa tidak meledak di atas sasaran mereka. Ini ialah pola pertama dari pesawat tanpa pilot yang dipakai dalam peperangan.

Sejak ketika itu, pesawat udara yang dioperasikan dari jarak jauh telah dikembangkan dan dipakai di seluruh perang. Sampai GPS menjadi teknologi yang luas, yang memungkinkan untuk pesawat satelit yang dikendalikan dari mana saja di dunia, sebagian besar dioperasikan dari jarak jauh melalui radio. Ini termasuk bom radio yang dipandu antara lain jenis sistem senjata.

Mereka Membutuhkan Sedikit Orang Untuk di Operasikan
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: US Air Force
Salah satu kelemahan terbesar untuk pesawat berawak ialah jumlah orang yang dibutuhkan untuk mengoperasikannya. Anda mempunyai pilot, copilots, dan onboard, kru, tergantung pada jenis kendaraan. Anda juga mempunyai orang-orang yang dibutuhkan untuk materi bakar kendaraan, memindahkannya, memelihara dan memperbaiki, dan bahkan menyimpannya ketika tidak digunakan.

UAV berbeda. Bahkan, mereka tidak membutuhkan lebih banyak orang untuk mengoperasikannya daripada kebanyakan kendaraan berawak. Selain orang-orang yang dibutuhkan untuk mempertahankan pesawat dan terbang, ada operator untuk setiap sensor dan kamera onboard. Untuk membandingkan, F-16 membutuhkan sekitar 100 orang untuk itu untuk beroperasi, sementara Predator membutuhkan 168 dan Reaper membutuhkan 180.

Mereka Jarang Kecelakaan Dan Perlu Pemeliharaan Minimal
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: US Air Force via The Washington Post
Pemeliharaan setiap pesawat militer itu mahal, dan UAV tidak berbeda dalam hal ini. Satu dilema utama UAV ialah bahwa mereka cenderung untuk kecelakaan, banyak. Hal ini tentunya lebih baik untuk kehilangan pesawat berawak, lantaran itu memerlukan operasi pencarian dan evakuasi untuk memulihkan pilot (s), sementara UAV yang jatuh tidak. Tentu saja, militer umumnya tidak puas dengan membiarkan teknologi mereka jatuh ke tangan musuh mereka, sehingga UAV jatuh seringkali masih membutuhkan misi untuk memulihkan atau menghancurkan kendaraan yang jatuh.

Kecelakaan UAV telah meningkat semenjak tahun 2004, mungkin lantaran peningkatan jam operasional dan overtaxing sistem yang tersedia yang dipakai di Afghanistan dan Irak. Pada tahun 2004, hanya ada sembilan kecelakan, sementara jumlahnya melonjak menjadi 26 pada tahun 2012.

Gangguan Komunikasi mereka akan menurunkan mereka
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Kebanyakan UAV menggunakan uplink satelit, yang sangat sulit untuk selai. Gelombang sinar yang sangat sempit menunjuk ke arah satelit, sehingga kemacetan mereka dari tanah sangat sulit, meskipun tidak mustahil. Jika komunikasi drone ini macet, itu beralih ke autopilot hingga bisa mendapat kembali komunikasi dengan host.

Drone komersial jauh lebih gampang untuk selai, lantaran mereka cenderung bekerja melalui komunikasi radio, sehingga peningkatan energi pada frekuensi operasi mereka cenderung untuk membawa mereka keluar. Ketika tiba ke UAV militer, gangguan umumnya lantaran kurang jauh.

Mereka Tetap Bisa Lintas di Udara Hanya Untuk Masa Singkat
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: Lt. Col. Leslie Pratt, US Air Force
Kesalahpahaman ini mungkin disebabkan oleh relatif penerbangan pendek durasi yang drone komersial bisa mempertahankan. Kebanyakan quadcopters komersial sanggup tetap di udara selama 15 menit, dengan sangat sedikit topping pada dua kali waktu itu. Alasan utama untuk ini ialah penyimpanan energi dan konsumsi. Kebanyakan drone komersial kecil dan bertenaga melalui baterai onboard. Hampir semua UAV, bagaimanapun, membawa materi bakar menyerupai pesawat. Karena itu, mereka sanggup tetap di udara dan operasional untuk lebih usang daripada rekan-rekan komersial mereka.

Pesawat Predator, yang merupakan salah satu UAV yang paling dipakai dalam pertempuran, mempunyai waktu penerbangan sekitar 27 jam, dengan peningkatan versi ke depan dengan tutup 40 jam diproyeksikan untuk memukul medan perang pada 2018. pesawat lain baru-baru ini dirancang disebut Global Observer stratosfer persistent UAS bisa terbang selama 168 jam lantaran ketinggian operasi tinggi 20.000 meter (65.000 kaki) dan penggunaannya menggunakan hidrogen cair untuk materi bakar.

Siapapun Bisa Mengoperasikan Drone Sepeti game
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: Staff Sgt. Don Branum, US Air Force
Sementara itu mungkin benar bahwa pemain video game yang baik bisa menciptakan operator UAV yang baik, yang tidak selalu bekerja secara terbalik. Kebanyakan pilot UAV akan membenci gagasan ini, dan banyak yang pergi pada catatan merinci bagaimana hal ini sama sekali tidak menyerupai video game. Kebanyakan UAV beroperasi di militer tersebut ialah sebagai yang rumit untuk terbang dari setiap pesawat lain dan memerlukan pilot yang sangat terlatih dan terampil untuk menerbangkan mereka. Sementara beberapa game sanggup menduplikasi ini untuk beberapa tingkat, sangat sedikit orang yang berilmu bermain Microsoft Flight Simulator sanggup duduk di kokpit selama delapan jam tanpa istirahat.

Perbandingan lain yang membedakan keduanya ialah bahwa pilot UAV sanggup dipanggil untuk menyerang dan menghancurkan target, yang mungkin sangat baik untuk menimbulkan orang hidup.. Tidak ada video game yang sanggup mendekati apa yang seseorang harus lalui untuk mencapai misi itu.

Mereka Punya Daftar Membunuh
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: Michael Pereckas
Misi utama untuk hampir semua UAV ialah pengintaian dan kekuatan perlindungan. Ketika beroperasi, mereka intinya untuk memata-matai di langit dan dipakai untuk menjamin keamanan personil operasi di lapangan. Itu bukan untuk menyampaikan bahwa drone tidak bersenjata dan dipakai untuk melaksanakan target; mereka lakukan, tapi itu tidak termasuk misi utama mereka. Dengan demikian, mereka tidak beroperasi dengan "daftar membunuh" penamaan sasaran yang akan terlibat jikalau ditemukan.

Militer tidak mempertahankan daftar Tinggi Nilai Target, tetapi ini tidak dimuat ke pesawat dan terlihat sebagai sasaran peluang. Sebaliknya, daftar mendorong perencanaan misi dalam mengejar operasional target, yang mungkin atau tidak mungkin melibatkan UAV.

Mereka Otonom
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: Master Sgt. Steve Horton, US Air Force
Seperti dijelaskan di atas, hampir semua UAV memerlukan operator yang sangat terampil untuk pilot dan memanfaatkan aneka macam sistem mereka. Karena itu, mereka tidak sanggup dianggap otonom, meskipun beberapa operasi penerbangan akan ditangani oleh komputer menyerupai operasi autopilot pada pesawat komersial.

Meskipun sanggup dikatakan bahwa militer tidak beroperasi sebanyak robot otonom mungkin percaya, bahwa bukan untuk menyampaikan bahwa mereka tidak menyebarkan hal itu untuk operasi di masa depan. Saat ini, Angkatan Laut AS dan Angkatan Darat meneliti drone otonom lantaran kurangnya pilot, dan DARPA telah melaksanakan studi untuk mencoba menyebarkan paket enam pesawat yang akan "Berkolaborasi untuk menemukan, melacak, mengidentifikasi, dan terlibat dengan target." Mungkin Sarah Connor benar.

Mereka Semua Bersenjata Dan Dirancang Untuk Membunuh
 Drone militer telah mengumpulkan banyak perhatian selama bertahun √ Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Photo credit: United States Marine Corps
Kebanyakan UAV dioperasikan oleh Militer AS, yang mempunyai lebih dari 7.000, dirancang dan dipakai untuk beberapa bentuk pengintaian udara dan pengawasan. Predator dirancang untuk ini dan tidak bersenjata hingga memasuki konflik dengan Irak. Armada pesawat yang lebih kecil tidak pernah dan mungkin tidak akan pernah dipersenjatai lantaran ukuran mereka dan penggunaan lainnya.

Sementara ini masih kesalahpahaman umum sekarang, masa depan ialah kurang tertentu. Sebagian besar negara sedang menyebarkan UAV khusus untuk tugas tempur. 2013, Boeing bisa melaksanakan retrofit F-16, yang biasanya membutuhkan dua orang untuk beroperasi, terbang sama sekali tak berawak. Menghapus personil dari kokpit memungkinkan kendaraan untuk mencapai hingga 9Gs, yang akan sangat berbahaya bagi seseorang.

Di luar ini, helikopter UAV dengan miniguns dipasang telah dalam pembangunan serta pesawat siluman dan segala macam sistem senjata. Masa depan peperangan UAV sepertinya condong ke arah menciptakan kesalahpahaman ini menjadi kenyataan.

Tag:
Drone Militer
Kesalahpahaman Drone Militer
Kesalahpahaman Tentang Drone Militer
Inilah Kesalahpahaman Drone Militer
Inilah Kesalahpahaman Tentang Drone Militer

0 Response to "√ Inilah Kesalahpahaman Wacana Drone Militer"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel