√ Dolar As Melemah, Investor Menunggu Kepastian Reformasi Pajak
Sunday, 26 March 2017
Add Comment
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis pada perdagangan hari ini. Dolar AS sanggup melemah bila kepastian soal reformasi perpajakan tidak segera muncul.
Mengutip Bloomberg, Kamis (9/11/2017), rupiah dibuka di angka 13.513 per dolar AS, menguat tipis bila dibanding dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.514 per dolar AS.
Sejak pagi sampai siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.509 per dolar AS sampai 13.521 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,32 persen.
Sedangkan menurut Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.514 per dolar AS, menguat bila dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.524 per dolar AS.
Dolar AS memang cukup stabil terhadap sekeranjang mata uang pada perdagangan Kamis pekan ini. Namun prospek jangka panjang terlihat cerah alasannya rencana reformasi perpajakan yang dicanangkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Partai Republik tengah mengajukan draf perpajakan gres dengan memangkas pajak korporasi dari 35 persen menjadi 20 persen.
Banyak pengamat pasar menandakan bahwa pemotongan pajak perusahaan sebagai materi bakar lebih lanjut bagi dolar AS. Investor menyampaikan bahwa undang-undang tersebut hanyalah sebuah titik awal dengan kemungkinan perundingan yang signifikan di masa depan.
"Tetapi dolar AS sanggup menuju fase pelemahan bila kepastian pengenai reformasi perpajakan ini tidak segera tidak segera keluar," terang Steven Dooley analis Western Union Business Solutions di Melbourne ibarat dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menyebut, nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikan suku bunga acuan. Kenaikan tersebut, lanjut dia, tergantung dengan kondisi ekonomi AS.
"Kalau Trump policy menurunkan pajak, mengudang uang AS itu berhasil. Kemudian ekonomi AS tambah booming, kini booming mau tambah lagi, niscaya orang capital market, ekonom inflasinya akan naik," kata ia dalam program Economic & Capital Market Outlook 2018 di Jakarta, Selasa (31/10/2017).
Dia menuturkan, bila inflasi naik, The Fed akan cenderung menaikan suku bunga acuan. Alhasil, terjadi ajaran modal kembali ke AS.
Tak sekadar itu, cepat tidaknya kenaikan suku bunga tergantung pimpinan gres The Fed. "Selain tergantung inflasi, juga tergantung pilotnya di The Fed," ujar dia.
Dia menyebut, terdapat beberapa tipikal pemimpin The Fed. Dia menuturkan, ada orang dengan tipikal dowvish ialah orang yang sangat hati-hati terhadap kenaikan suku bunga. Adapula hawkish ialah orang yang terus berupaya mencegah semoga inflasi tinggi.
Terlepas dari itu, Mirza menyebut selama inflasi Indonesia rendah dan anggaran negara sehat, maka ajaran modal tetap bertahan. Artinya, nilai tukar rupiah juga terjaga.
liputan6.com
Mengutip Bloomberg, Kamis (9/11/2017), rupiah dibuka di angka 13.513 per dolar AS, menguat tipis bila dibanding dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.514 per dolar AS.
Sejak pagi sampai siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.509 per dolar AS sampai 13.521 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,32 persen.
Sedangkan menurut Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.514 per dolar AS, menguat bila dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.524 per dolar AS.
Dolar AS memang cukup stabil terhadap sekeranjang mata uang pada perdagangan Kamis pekan ini. Namun prospek jangka panjang terlihat cerah alasannya rencana reformasi perpajakan yang dicanangkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Partai Republik tengah mengajukan draf perpajakan gres dengan memangkas pajak korporasi dari 35 persen menjadi 20 persen.
Banyak pengamat pasar menandakan bahwa pemotongan pajak perusahaan sebagai materi bakar lebih lanjut bagi dolar AS. Investor menyampaikan bahwa undang-undang tersebut hanyalah sebuah titik awal dengan kemungkinan perundingan yang signifikan di masa depan.
"Tetapi dolar AS sanggup menuju fase pelemahan bila kepastian pengenai reformasi perpajakan ini tidak segera tidak segera keluar," terang Steven Dooley analis Western Union Business Solutions di Melbourne ibarat dikutip dari Reuters.
Pergantian gubernur the Fed
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menyebut, nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikan suku bunga acuan. Kenaikan tersebut, lanjut dia, tergantung dengan kondisi ekonomi AS.
"Kalau Trump policy menurunkan pajak, mengudang uang AS itu berhasil. Kemudian ekonomi AS tambah booming, kini booming mau tambah lagi, niscaya orang capital market, ekonom inflasinya akan naik," kata ia dalam program Economic & Capital Market Outlook 2018 di Jakarta, Selasa (31/10/2017).
Dia menuturkan, bila inflasi naik, The Fed akan cenderung menaikan suku bunga acuan. Alhasil, terjadi ajaran modal kembali ke AS.
Tak sekadar itu, cepat tidaknya kenaikan suku bunga tergantung pimpinan gres The Fed. "Selain tergantung inflasi, juga tergantung pilotnya di The Fed," ujar dia.
Dia menyebut, terdapat beberapa tipikal pemimpin The Fed. Dia menuturkan, ada orang dengan tipikal dowvish ialah orang yang sangat hati-hati terhadap kenaikan suku bunga. Adapula hawkish ialah orang yang terus berupaya mencegah semoga inflasi tinggi.
Terlepas dari itu, Mirza menyebut selama inflasi Indonesia rendah dan anggaran negara sehat, maka ajaran modal tetap bertahan. Artinya, nilai tukar rupiah juga terjaga.
0 Response to "√ Dolar As Melemah, Investor Menunggu Kepastian Reformasi Pajak"
Post a Comment