√ Kumpulan Puisi Duka Perpisahan Sd Smp Sma
Sunday, 30 October 2016
Add Comment
Kali ini Rafsablog akan menyebarkan kumpulan puisi perpisahan untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK. Sekolah merupakan salah satu kewajiban seorang anak untuk menuntut ilmu, di Indonesia sendiri sudah diwajibkan untuk sekolah minimal 9 Tahun, yaitu mulai dari SD (Sekolah Dasar) sampai tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama).
Sekolah merupakan salah satu daerah dimana bawah umur sanggup menimba ilmu yang sangat berkhasiat untuk masa depannya. Dengan bersekolah, anak sanggup menyerap ilmu dari guru yang dengan nrimo mengajarkan ilmu gres kepada muridnya. Selain mengajarkan ilmu akademik, sekolah juga mengajarkan ilmu tata tertib dan sopan santun kepada muridnya.
Selain daerah menyebarkan ilmu, sekolah juga sebagai daerah menyebarkan kenangan indah bersama teman-teman, bertahun-tahun bersama sobat sekolah, suka maupun sedih dijalani bersama. Mulai dari SD, SMP, sampai Sekolah Menengan Atas selalu bersama teman, entah itu laki-laki maupun wanita gotong royong saling menyebarkan kenangan indah, lucu, dan tentunya membahagiakan yang tak akan pernah terlupakan.
Pepatah mengatakan, jikalau ada pertemuan maka akan ada perpisahan, begitu juga dengan perpisahan sekolah. Seindah apapun kenangan di sekolah, niscaya akan ada saatnya menemui perpisahan, hal inilah yang paling sulit untuk diterima oleh semuanya. Entah harus merasa senang bahagia, atau sedih alasannya yaitu akan berpisah untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Untuk mengenang masa-masa itu, biasanya sekolah akan mengadakan program perpisahan sekolah, hal yang paling ditunggu-tunggu ketika pembacaan puisi yang dibacakan salah satu siswa/siswi. Maksud dari puisi ini untuk mengungkapkan sebuah perasaan yang sudah disusun rapi dengan kata-kata yang sangat puitis.
Biasanya puisi yang dibacakan berisi kata-kata mengharukan yang sanggup menciptakan seseorang yang mendengarkannya meneteskan air mata. Terkadang siswa juga memakai puisi indah yang dibentuk oleh tokoh populer menyerupai Chairil Anwar.Puisi yang sangat indah menciptakan siapapun yang mendengarnya akan meneteskan air matanya ketika menghayati lantunan setiap katanya.
Itulah tadi kumpulan puisi sedih perpisahan SD SMP Sekolah Menengan Atas yang sanggup Anda simpan untuk dijadikan puisi perpisahan sekolah. Anda juga sanggup membagikannya di media umum menyerupai Facebook, Twitter, Instagram, dan media umum lainnya. Selain puisi, Anda sanggup menambahakan pantun lucu yang memancing tawa para pendengarnya.
Sekolah merupakan salah satu daerah dimana bawah umur sanggup menimba ilmu yang sangat berkhasiat untuk masa depannya. Dengan bersekolah, anak sanggup menyerap ilmu dari guru yang dengan nrimo mengajarkan ilmu gres kepada muridnya. Selain mengajarkan ilmu akademik, sekolah juga mengajarkan ilmu tata tertib dan sopan santun kepada muridnya.
Selain daerah menyebarkan ilmu, sekolah juga sebagai daerah menyebarkan kenangan indah bersama teman-teman, bertahun-tahun bersama sobat sekolah, suka maupun sedih dijalani bersama. Mulai dari SD, SMP, sampai Sekolah Menengan Atas selalu bersama teman, entah itu laki-laki maupun wanita gotong royong saling menyebarkan kenangan indah, lucu, dan tentunya membahagiakan yang tak akan pernah terlupakan.
Pepatah mengatakan, jikalau ada pertemuan maka akan ada perpisahan, begitu juga dengan perpisahan sekolah. Seindah apapun kenangan di sekolah, niscaya akan ada saatnya menemui perpisahan, hal inilah yang paling sulit untuk diterima oleh semuanya. Entah harus merasa senang bahagia, atau sedih alasannya yaitu akan berpisah untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Untuk mengenang masa-masa itu, biasanya sekolah akan mengadakan program perpisahan sekolah, hal yang paling ditunggu-tunggu ketika pembacaan puisi yang dibacakan salah satu siswa/siswi. Maksud dari puisi ini untuk mengungkapkan sebuah perasaan yang sudah disusun rapi dengan kata-kata yang sangat puitis.
Biasanya puisi yang dibacakan berisi kata-kata mengharukan yang sanggup menciptakan seseorang yang mendengarkannya meneteskan air mata. Terkadang siswa juga memakai puisi indah yang dibentuk oleh tokoh populer menyerupai Chairil Anwar.Puisi yang sangat indah menciptakan siapapun yang mendengarnya akan meneteskan air matanya ketika menghayati lantunan setiap katanya.
Kumpulan Puisi Perpisahan Sekolah SD SMP SMA
Surat Perpisahan untuk Guru
Ibu bapak guru, ini saya tiga tahun yang lalu
Ku harap pagi ini engkau baik baik saja
Pagi ini masih terasa menyerupai pagi yang lalu
Ini saya yang dulu selembar kertas putih
Yang pernah engkau lukis warna-warna tenang nan berarti
Putih… biar diriku berpikir jernih
Emas… biar diriku bersinar cerah
Dan merah biar hatiku penuh dengan semangat yang membara
Dan kesudahannya hari yang kunanti datang saatnya
Hari untuk melepas tanganmu dari pundakku
Sketsa saya yang tangguh yang akan engkau lepaskan
Sketsa saya yang tersenyum ceria yang siap untuk melangkah
Ibu bapak guruku tersayang
Aku telah siap meneruskan impianku ini
Terima kasih telah membimbingku
Terima kasih bersabar atas kenakalanku
Terima kasih telah mengajariku tanpa pamrih dan nrimo dengan kesederhanaanmu
Dengan doa, cinta dan harapan…
Maafkanlah kami ibu bapak guru
(Taufiq Febrian, Terima Kasih Guruku Tersayang)
Ibu bapak guru, ini saya tiga tahun yang lalu
Ku harap pagi ini engkau baik baik saja
Pagi ini masih terasa menyerupai pagi yang lalu
Ini saya yang dulu selembar kertas putih
Yang pernah engkau lukis warna-warna tenang nan berarti
Putih… biar diriku berpikir jernih
Emas… biar diriku bersinar cerah
Dan merah biar hatiku penuh dengan semangat yang membara
Dan kesudahannya hari yang kunanti datang saatnya
Hari untuk melepas tanganmu dari pundakku
Sketsa saya yang tangguh yang akan engkau lepaskan
Sketsa saya yang tersenyum ceria yang siap untuk melangkah
Ibu bapak guruku tersayang
Aku telah siap meneruskan impianku ini
Terima kasih telah membimbingku
Terima kasih bersabar atas kenakalanku
Terima kasih telah mengajariku tanpa pamrih dan nrimo dengan kesederhanaanmu
Dengan doa, cinta dan harapan…
Maafkanlah kami ibu bapak guru
(Taufiq Febrian, Terima Kasih Guruku Tersayang)
Terimakasih, Guru
Di sudut malam kumembisu
Termenung akan segala dosa hariku
Bibir serasa keluh
Tatkala kuucap maaf kesekian kalinya
Aku tahu,
Senyum semu yang engkau tampilkan
Beribu beban yang tak tertahankan
Karena aku
Aku malu, sungguh
Ketika aibku engkau tanggung
Saat mereka mencibir alasannya yaitu aku
Betapa tabah hati yang engkau tanam
Dibalik riangmu yang terenggut
Aku malu pada diriku
Tatkala terucap janji-janji
Tatkala terucap sesalnya hati ini
Tak sekalipun saya beranjak
Hingga kutahu
Kini kamu selalu ada
Tak sekalipun gentar, meski mereka hina
Merubah kerikil menjadi berlian
Merubah kami lebih baik
Terima kasih kusematkan
Rasa syukur saya panjatkan
Teruntuk engkau
Yang tak pernah berhenti berkata
(Pandu Prabowo Jati, Yang Tak Pernah Berhenti Berkata)
Di sudut malam kumembisu
Termenung akan segala dosa hariku
Bibir serasa keluh
Tatkala kuucap maaf kesekian kalinya
Aku tahu,
Senyum semu yang engkau tampilkan
Beribu beban yang tak tertahankan
Karena aku
Aku malu, sungguh
Ketika aibku engkau tanggung
Saat mereka mencibir alasannya yaitu aku
Betapa tabah hati yang engkau tanam
Dibalik riangmu yang terenggut
Aku malu pada diriku
Tatkala terucap janji-janji
Tatkala terucap sesalnya hati ini
Tak sekalipun saya beranjak
Hingga kutahu
Kini kamu selalu ada
Tak sekalipun gentar, meski mereka hina
Merubah kerikil menjadi berlian
Merubah kami lebih baik
Terima kasih kusematkan
Rasa syukur saya panjatkan
Teruntuk engkau
Yang tak pernah berhenti berkata
(Pandu Prabowo Jati, Yang Tak Pernah Berhenti Berkata)
Penumbuh Tunas Negeri
Setiap pagi kamu susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau hirau taacuh memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking bunyi kalah tabrak argumen
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa verbal terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa anutan budi kamu tanamkan
Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih Ilahi
Ilmu kamu beri harap kan berarti
Satu persatu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau tetap di sini setia mengabdi
Sampai masa kan berakhir nanti.
(Zaniza, Sang Pengabdi)
Setiap pagi kamu susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau hirau taacuh memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking bunyi kalah tabrak argumen
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa verbal terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa anutan budi kamu tanamkan
Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih Ilahi
Ilmu kamu beri harap kan berarti
Satu persatu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau tetap di sini setia mengabdi
Sampai masa kan berakhir nanti.
(Zaniza, Sang Pengabdi)
Tumpahan Tinta Ilmu
Tetesan keringat jerih payahmu…
Jemari-jemarinya luluh lantakan meja…
Diajarkannya berdo’a dan bernyanyi…
Alun-alun semilir indahkan kedamaian cinta…
Menegakkan tubuh menghargai jasanya…
Menuruti langkahnya jejak pun ada…
Jiwanya memperlihatkan pengorbanannya…
Tinta-tinta bocor tumpahkan darahnya…
Lembaran pun tersobek-sobek singgasana…
Suaranya menggemakan dunianya…
Gertakan langkahnya dan detakan jantungnya…
Kuhaturkan terima kasih kepadanya…
Wahai guruku…jiwaku…
Tanpamu saya tak akan sanggup terbang sampai ke langit
Permata indah, indahkan cinta…
Gemerlap dari matamu selalu senyumkan hatiku…
Terima kasih guruku…
(Ama Gusti Azis, Jasamu Jiwaku)
Tetesan keringat jerih payahmu…
Jemari-jemarinya luluh lantakan meja…
Diajarkannya berdo’a dan bernyanyi…
Alun-alun semilir indahkan kedamaian cinta…
Menegakkan tubuh menghargai jasanya…
Menuruti langkahnya jejak pun ada…
Jiwanya memperlihatkan pengorbanannya…
Tinta-tinta bocor tumpahkan darahnya…
Lembaran pun tersobek-sobek singgasana…
Suaranya menggemakan dunianya…
Gertakan langkahnya dan detakan jantungnya…
Kuhaturkan terima kasih kepadanya…
Wahai guruku…jiwaku…
Tanpamu saya tak akan sanggup terbang sampai ke langit
Permata indah, indahkan cinta…
Gemerlap dari matamu selalu senyumkan hatiku…
Terima kasih guruku…
(Ama Gusti Azis, Jasamu Jiwaku)
Pengabdian
Gemerlapan bintang di langit
Bagai kiasan fatamorgana
Curahan hati dan pikiran
Senyuman indah kolam taman surga
Guruku sang cahayaku…..
Terangi mimpi khayalku
Warnai semangatku
Penyemangat untuk hari esok
Jiwamu selalu kamu abdikan
Untuk para muridmu tersayang
Tak pernah mengenal waktu
Tuk ciptakan motivasi baru
Guruku sang cahayaku…..
Kau yaitu lentera di jalan yang sunyi
Kompas arah menuju kesuksesan
Getarkan isi karang dihatiku
(Dion Apriandi, Guruku Sang Cahayaku)
Gemerlapan bintang di langit
Bagai kiasan fatamorgana
Curahan hati dan pikiran
Senyuman indah kolam taman surga
Guruku sang cahayaku…..
Terangi mimpi khayalku
Warnai semangatku
Penyemangat untuk hari esok
Jiwamu selalu kamu abdikan
Untuk para muridmu tersayang
Tak pernah mengenal waktu
Tuk ciptakan motivasi baru
Guruku sang cahayaku…..
Kau yaitu lentera di jalan yang sunyi
Kompas arah menuju kesuksesan
Getarkan isi karang dihatiku
(Dion Apriandi, Guruku Sang Cahayaku)
Bagaikan Pelita
Kuikuti sudah langkah kaki ini
Membawaku menuju lorong lorong tak berujung
Namun, selalu kudengar sang pelita memanggilku
Dengan untaiannya sang pelita menuntunku
Karena pelita, kukeluar dari lorong
Karena pelita kudapat meraih cita-cita
Tahukah engkau?
Ada pelita yang selalu kuingat
Ada pelita yang selalu kuhormati
Dialah guruku
Guru yang memberi setitik ilmu
Tak frustasi walau peluh terus mengucur
Tidaklah untuk dirinya seorang
Tapi untuk generasi penerus bangsa
Janganlah pernah redup pelitaku!
Cahaya ilmu selalu ditunggu
Bukan untuk satu jiwa
Tapi untuk semua umat…
(Nur Afiani, Guruku Pelitaku)
Kuikuti sudah langkah kaki ini
Membawaku menuju lorong lorong tak berujung
Namun, selalu kudengar sang pelita memanggilku
Dengan untaiannya sang pelita menuntunku
Karena pelita, kukeluar dari lorong
Karena pelita kudapat meraih cita-cita
Tahukah engkau?
Ada pelita yang selalu kuingat
Ada pelita yang selalu kuhormati
Dialah guruku
Guru yang memberi setitik ilmu
Tak frustasi walau peluh terus mengucur
Tidaklah untuk dirinya seorang
Tapi untuk generasi penerus bangsa
Janganlah pernah redup pelitaku!
Cahaya ilmu selalu ditunggu
Bukan untuk satu jiwa
Tapi untuk semua umat…
(Nur Afiani, Guruku Pelitaku)
Mengikuti Jejak
Pena guruku
Tak pernah bosan menari-nari di diriku
Menuliskan banyak warna di jiwaku
Coretan lembut, hangat menyentuh kalbuku
Pena guruku hebat
Karena penanya saya tak telat
Tugas-tugasku tak lambat
Walau panas matahari menyengat sampai hujan lebat
Pena guruku sangat mengagumkan
Aku pun terbuai angan
Dunia akan kuguncangkan
Menuju sebuah pencapaian
Kuingin penaku menyerupai miliknya
Menggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsa
Hasil penamu kan kujunjung penuh makna
Kaulah sang penaku yang berjuang sepenuh jiwa.
(Mesdiana, S. Pd., Pena Sang Guru)
Pena guruku
Tak pernah bosan menari-nari di diriku
Menuliskan banyak warna di jiwaku
Coretan lembut, hangat menyentuh kalbuku
Pena guruku hebat
Karena penanya saya tak telat
Tugas-tugasku tak lambat
Walau panas matahari menyengat sampai hujan lebat
Pena guruku sangat mengagumkan
Aku pun terbuai angan
Dunia akan kuguncangkan
Menuju sebuah pencapaian
Kuingin penaku menyerupai miliknya
Menggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsa
Hasil penamu kan kujunjung penuh makna
Kaulah sang penaku yang berjuang sepenuh jiwa.
(Mesdiana, S. Pd., Pena Sang Guru)
Itulah tadi kumpulan puisi sedih perpisahan SD SMP Sekolah Menengan Atas yang sanggup Anda simpan untuk dijadikan puisi perpisahan sekolah. Anda juga sanggup membagikannya di media umum menyerupai Facebook, Twitter, Instagram, dan media umum lainnya. Selain puisi, Anda sanggup menambahakan pantun lucu yang memancing tawa para pendengarnya.
0 Response to "√ Kumpulan Puisi Duka Perpisahan Sd Smp Sma"
Post a Comment